Pertama, Hai Adam, kalian mengerti kan arti khuldi ?. Khuld artinya abadi. Jadi, bila kalian makan buah itu, maka kalian akan hidup abadi di Surga ini seperti para Malaikat yang kalian saksikan setiap waktu. Kedua, ..kalian akan menjadi raja dan ratu abadi di taman surga ini. Sengaja Tuhan melarang kalian memakan buah keabadian itu karena Tuhan tidak menghendaki kalian abadi tinggal di Surga ini. Kalian justeru akan diturunkan ke bumi bila tidak makan. Demi lebih meyakinkan, Iblis—selanjutnya—bersumpah sebagai berkata jujur nan sungguhan. Dan penamaan buah khuldi itu sesungguhnya akal-akalan Iblis sendiri. Tuhan tidak pernah menamainya begitu.
Dari sisi materi rayuan, sungguh amat mantap karena Adam dan Hawwa sudah merasakan bagaimana nikmatnya hidup di taman Surga yang serba mewah. dengan penjelasan Iblis itu, tentu saja mereka lebih memilih hidup terus di surga ketimbang nanti diusir ke bumi. Apalagi ditinjau dari keadaan para penghuninya yang santun dan serba damai, saling bersopan-sopan dan bertutur kata lembut menawan. Dibanding di bumi yang tidak menentu dan keras.
Apalagi bila ditilik dari bacaan kedua yang menjanjikan Adam dan Hawwa menjadi Raja dan Ratu di Surga. Bayangkan, seorang raja dan ratu yang dihormati dan serba dilayani, serba dipuji dan disanjung. Utamanya bagi Hawwa yang nota benenya seorang wanita. Wanita mana yang tidak suka menjadi ratu terhormat dan serba diservis.
Untuk itu, keterjebakan Adam dan Hawwa hingga mempercayai omongan Iblis cukup masuk akal. Pertama, memang keduanya tidak punya pengetahuan analisis seperti paparan Iblis tadi. Jadi ya percaya saja. Kedua, Adam dan Hawwa sungguh lupa sama sekali terhadap pesan Tuhan yang melarang memakan buah tersebut. Ketiga, itu skenario Tuhan yang sudah digariskan dan tidak bisa gagal. Tuhan punya rencana memakmurkan bumi dan manusia ditunjuk sebagai pengelolanya. Maka Adam dan Hawwa sebagai manusia pertama harus turun menempati bumi. dan agar Tuhan punya alasan pengusiran, Maka dipakai cara tersebut.
Terima kasih kepada Tuhan yang punya grand design untuk umat manusia menikmati bumi. Terima kasih kepada Iblis yang ikut mensukseskan turunnya bapak Adam dan bunda Hawwa. Andai tetap tinggal di sana, maka kami-kami tidak akan hidup di bumi ini. [ ]
Sumber: tulisan ini merupakan rublik Telaah Tafsir di Majalah Tebuireng yang diasuh oleh KH. A. Mustain Syafi’i, M.Ag (Dosen Tafsir di IKAHA dan Khatib Masjid Tebuireng). Baca selengkapnya di Majalah Tebuireng edisi XII Oktober-Desember 2010.
Tulisan Terkait :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar