Kamis, 06 Januari 2011

Khutbah Tafsir : Ayat ke 6 al-Fatihah - Bimbing dan Kokohkanlah Kami di Jalan-Mu


Tafsir Surat Al-Fatihah Ayat 6
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ. أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ .اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا  مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ. امابعدفَيَاآيُّهَا الْحأضِرُوْنَ الْكِرَامِ .  اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ
Hadirin sidang jum'at rahimakumullah
Marilah kita tingkatkan takwa kita kepada Allah dalam arti yang sebenar-benarnya, yakni menjalankan semua perintah Allah dan menjauhi semua larangan-Nya. Surat al-Fatihah ayat yang ke 6 berbunyi:
 اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (6)
 (6). Tunjukilah kami jalan yang lurus.
Bacaan yang dipakai oleh jumhur atau mayoritas ulama ialah shirat dengan menggunakan shad. Tetapi ada pula yang membacanya sirat dengan memakai sin, ada pula yang membacanya zirat dengan memakai za, yang menurut imam al-Farra berasal dari dialek Bani Uzrah dan Bani Kalb.
Tunjukilah kami jalan yang lurus, shiratal mustaqim atau jalan yang lurus, menurut sebagian sahabat dan ulama bermakna kitabullah atau al-Qur'an. Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan sayyidina Ali bin Abi Thalib r.a.
 قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: "الصِرَاطُ الْمُسْتَقِيْمُ كِتَابُ اللهِ"
Shiratal mustaqim adalah Kitabullah
Dalam riwayat yang lain sayyidina Ali mengatakan bahwa al-Qur'an merupakan tali Allah yang kuat; dia adalah bacaan yang penuh hikmah, juga jalan yang lurus.
Menurut pendapat lain, shiratal mustaqim adalah agama Islam, berdasarkan hadits yang diriwayatkan sahabat Ibnu Abbas, bahwa malakat Jibril pernah berkata kepada nabi Muhammad saw, "Hai Muhammad, katakanlah: Tunjukilah kami jalan yang lurus." Makna yang dimaksud ialah "berilah kami ilham jalan petunjuk, yaitu agama Allah yang tiada kebengkokan di dalamnya". 
Hadirin sidang jum'at yang dirahmati Allah
Syaikh Ibnul Hanafiyyah mengatakan yang dimaksud Ihdinas shiratal mustaqim adalah "agama Islam yang merupakan satu-satunya agama yang diridlai oleh Allah swt buat hamba-Nya". Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal dalam Musnad-nya menyatakan Rasulullah saw bersabda:
"ضَرَبَ اللهُ مَثَلًا صِرَاطًا مُسْتَقِيْمًا، وَعَلَى جَنْبَتَيِ الصِّرَاطِ سُوْرَانِ فِيْهِمَا أَبْوَابٌ مُفَتَّحَةٌ، وَعَلَى الْأَبْوَابِ سُتُوْرٌ مُرْخَاةٌ، وَعَلَى بَابِ الصِّرَاطِ دَاعٍ يَقُوْلُ: يَا أَيُّهَا النَّاسُ، ُادْخُلُوا الصِّرَاطَ جَمِيْعًا وَلَا تَعُوْجُوْا، وَدَاعٍ يَدْعُو مِنْ فَوْقِ الصِّرَاطِ، فَإِذَا أَرَادَ الْإِنْسَانُ أَنْ يَفْتَحَ شَيْئًا مِنْ تِلْكَ الْأَبْوَاِبِ، قَال: وَيْحَكَ، لَا تَفْتَحْهُ؛ فَإِنَّكَ إِن تَفْتَحُهُ تَلِجْهُ. فَالصِّرَاطُ الإِسْلَامُ، وَالسُّوْرَانِ حُدُوْدُ اللهِ، وَالْأَبْوَابُ الْمُفَتَّحَةُ مَحَارِمُ اللهِ، وَذَلِكَ الدَّاعِي عَلَى رَأْسِ الصِّرَاطِ كِتَابُ اللهِ، وَالدَّاعِي مِنْ فَوْقِ الصِّرَاطِ وَاعِظُ اللهِ فِي قَلْبِ كُلِّ مُسْلِمٍ"
Allah membuat suatu perumpamaan, yaitu sebuah jembatan yang lurus; pada kedua sisinya terdapat dua tembok yang mempunyai pintu-pintu terbuka, tetapi pintu-pintu tersebut terdapat tirai yang menutupinya, sedangkan pada pintu masuk ke jembatan itu terdapat penyeru yang menyerukan, "Hai manusia, masuklah kalian semua ke jembatan ini dan janganlah kalian menyimpang darinya." Dan diatas jembatan terdapat pula seorang penyeru; apabila ada seorang yang hendak membuka salah satu dari pintu-pintu (yang berada di kedua jembatan) itu, maka penyeru itu berkata, "Celakalah kamu, janganlah kamu buka pintu itu, karena sesungguhnya jika kamu buka niscaya kamu masuk ke dalamny." Jembatan itu adalah agama Islam, kedua tembok itu adalah batasan-batasan (hukum-hukum/had) Allah, pintu-pintu yang terbuka itu adalah hal-hal yang diharamkan oleh Allah, sedangkan juru penyeru yang berada di depan pintu jembatan adalah kitabullah, dan juru penyeru yang berada diatas jembatan itu adalah nasehat Allah yang berada dalam kalbu/hati setiap orang muslim. (H.R. Imam Ahmad)
Ihdinas shiratal mustaqim menurut imam mujahid seorang tabi'in yang menjadi panutan para ahli tafsir mengatakan, Tunjukilah kami jalan yang lurus, adalah perkara yang hak. Makna ini lebih mencakup semuanya (yakni kitabullah dan agama Islam) dan tidak ada pertentangan antara pendapat ini dengan pendapat-pendapat lain yang sebelumnya. Bahkan hadits yang diriwayatkan Ibnu Jarir Tunjukilah kami jalan yang benar; yang dimaksud jalan yang benar adalah Nabi Muhammad saw dan kedua sahabat yang menjadi khalifah sesudahnya (yaitu Abu Bakar dan Umar r.a).
Menurut al-Hafidz Ibnu Katsir bahwa semua pendapat diatas adalah benar, satu sama lainnya saling memperkuat, karena barang siapa yang mengikuti nabi Muhammad saw dan kedua sahabatnya (yakni Abu bakar dan Umar r.a), berarti ia mengikuti jalan yang hak (benar); dan barang siapa yang mengikuti jalan yang benar, berarti ia mengikuti jalan Islam. Barangsiapa mengikuti jalan Islam, berarti mengikuti al-Qur'an, yaitu Kitabullah atau tali Allah yang kuat dan jalan yang lurus. Semua pendapat benar dan masing-masing saling membenarkan yang lain.
Hadirin sidang jum'at yang dirahmati Allah.
Ibnu jarir at-Thabari dalam menafsirkan Ihdinas shiratal mustaqim, Tunjukilah kami jalan yang lurus, adalah "ya Allah berilah kami taufiq keteguhan dalam mengerjakan semua yang Engkau ridlai dan semua ucapan serta perbuatan yang telah dilakukan oleh orang-orang yang telah Engkau beri nikmat taufiq diantara hamba-hamba-Mu, yang demikian itu adalah jalan yang lurus. Dengan ayat ini pula, kita mohon agar diberi taufiq atau dorongan keteguhan agar kita dapat  melakukan amal perbuatan seperti amal perbuatan orang-orang yang telah memperoleh nikmat taufiq dari Allah diantara hamba-hamba-Nya -yakni dari kalangan para nabi, para siddiqin, para syuhada dan orang-orang yang shaleh- yang telah mendapat taufiq dalam Islam, berpegang teguh kepada Kitabullah, mengerjakan semua yang diperintahkan oleh Allah, dan menjauhi larangan-larangan-Nya serta mengikuti jejak nabi Saw dan empat khalifah sesudahnya serta jejak setiap hamba yang shaleh, yakni shiratal mustaqim, jalan yang lurus.
Mengapa kita yang sudah mendapatkan hidayah masih selalu terus dianjurkan memohon hidayah dalam setiap shalat dan semua keadaan, apakah ini bukan berarti meminta sesuatu yang telah kita dapatkan?
"Tidak", seandainya seorang hamba tidak meminta petunjuk di siang dan malam harinya, niscaya Allah tidak akan membimbingnya ke arah itu. Sungguh seorang hamba selalu memerlukan Allah dalam setiap saat dan keadaannya agar dimantapkan hatinya pada hidayah dan dipertajam pandangannya untuk menemukan hidayah, serta hidayahnya makin bertambah meningkat dan terus menerus berada dalam jalan hidayah. Dalam al-Qur'an pun Allah juga memerintahkan orang yang beriman agar beriman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا آمِنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي نَزَّلَ عَلَى رَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي أَنْزَلَ مِنْ قَبْلُ [النساء : 136]
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab yang diturunkan sebelumnya. (an-Nisa' : 136)
Hal ini bukan termasuk kedalam pengertian meraih apa yang telah teraih, melainkan makna yang dimaksud adalah perintah untuk meneguhkan iman dan terus menerus melakukan semua amal perbuatan yang melestarikan keimanan. Allah pun memerintahkan kita untuk berdoa:
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ [آل عمران : 8]
Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau memberi petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkaulah Maha Pemberi (karunia).
akhirnya اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
  Tunjukilah kami jalan yang lurus. Ya Allah, tetapkanlah kami pada jalan yang lurus dan janganlah Engkau simpangkan kami ke jalan yang lain.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلكُمْ فِى الْقُرآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِى وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ مِنِّى وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّحِمِيْنَ



Tidak ada komentar:

Posting Komentar