Selasa, 11 Januari 2011

Syaikh Mahfudz Somalangu

Syeikh As_Sayid Mahfudz bin Abdurrahman Al-Hasani Tokoh Legendaris Santri & Rakyat Kebumen


(KH ‘Ali Ma’shum Krapyak, Yogyakarta berkata, “Mencari figure sekaliber Syeikh Mahfudz bin Abdurrahman pada zamannya sangatlah sulit. Beliau adalah orang yang – komplit – dan mempunyai Himmatun ‘Aliyah. Saya sering menghadap dan meminta taushiah pada beliau”)

Silsilah Nasab dan Pengasuh Pesantren 


Syeikh As_Sayid Mahfudz Al-Hasani adalah putera tertua dari pasangan suami istri Syeikh As_Sayid Abdurrahman bin Ibrahim Al-Hasani dengan Ummi Lathifah binti Muhammad Faqih bin Abdullah Faqih bin Iman ‘Ali bin Nur ‘Ali.
Dari abahnya mengalir darah Rasulullah Saw melalui Syeikh As_Sayid Abdul Kahfi Al-Hasani (pendiri Pondok Pesantren Al-Kahfi Somalangu) yang merupakan keturunan ke-10 dari Syeikh As_Sayid Abdul Qadir Al-Jilani Al-Hasani. Adapun lengkap nasabnya yang sampai ke pendiri Pondok Pesantren Al-Kahfi Somalangu adalah:
 
1.      Syeikh As_Sayid Muhammad ‘Ishom (ma’ruf dengan sebutan Syeikh As_Sayid Abdul Kahfi Al-Awwal) bin Abdur Rasyid bin Abdul Majid Al-Hasani. Beliau ini adalah Pendiri Pesantren Al-Kahfi Somalangu
2.      Syeikh As_Sayid Muhtarom bin Syeikh As_Sayid Abdul Kahfi Al-Hasani
3.      Syeikh As_Sayid Jawahir bin Muhtarom Al-Hasani
4.      Syeikh As_Sayid Yusuf bin Jawahir Al-Hasani
5.      Syeikh As_Sayid Hasan bin Yusuf Al-Hasani
6.      Syeikh As_Sayid Abdul Mannan bin Hasan Al-Hasani
7.      Syeikh As_Sayid Zakariya bin Abdul Mannan Al-Hasani
8.      Syeikh As_Sayid Abdul Hannan bin Zakariya Al-Hasani
9.      Syeikh As_Sayid Yusuf bin Abdul Hannan Al-Hasani
10.  Syeikh As_Sayid Zaenal ‘Abidin bin Yusuf Al-Hasani
11.  Syeikh As_Sayid Muhammad Al-Marwah bin Zaenal ‘Abidin Al-Hasani
12.  Syeikh As_Sayid Ibrahim bin Muhammad Al-Marwah Al-Hasani (ma’ruf dengan sebutan Syeikh Abdul Kahfi Ats-Tsani)
13.  Syeikh As_Sayid Abdurrahman bin Ibrahim Al-Hasani
14.  Syeikh As_Sayid Mahfudz bin Abdurrahman Al-Hasani
15.  Syeikh As_Sayid Chanifuddin bin Mahfudz Al-Hasani
16.  Al-Ustadz Afifuddin bin Chanifuddin Al-Hasani

Diangkat Mursyid Thariqah As-Syadziliyyah

Ayah dari Syeikh As_Sayid Mahfudz Al-Hasani yaitu Syeikh As_Sayid Abdurrahman bin Ibrahim bin Muhammad bin Zaenal ‘Abidin Al-Hasani adalah seorang yang ‘alim ‘allamah dalam berbagai disiplin ilmu. Dalam bidang tauhid belau berpegang pada faham aqidah ahlussunnah wal jama’ah (Asy’ariyah wal Maturidiyyah). Dalam bidang fiqh beliau menganut madzhab Malikyah. Sedang dalam tasawuf beliau mengikuti Thariqah As-Syadziliyah.

Madzhab fiqh Malikiyah dipilih oleh Syeikh As_Sayid Abdurrahman Al-Hasani karena semenjak usia muda beliau lebih sering tinggal di Saudi Arabia (waktu itu masih bernama Hejaz). Di Indonesia (baca ; Somalangu) beliau sering tinggal secara temporer, seimbang dengan tinggalnya beliau di Saudi. Kadang selama 6 bulan. Terkadang pula mencapai masa 1 tahun dan berangkat kembali ke Hejaz bersamaan dengan waktu berangkatnya orang – orang Indonesia menunaikan ibadah haji. Sekalipun demikian, Syeikh As_Sayid Abdurrahman Al-Hasani menyarankan puteranya, yaitu Syeikh As_Sayid Mahfudz untuk mengambil madzhab Syafi’iyyah sebagai acuan madzhab fiqhnya. Sepertinya karena madzhab tersebut adalah madzhab yang dipakai oleh mayoritas masyarakat muslim Indonesia.

Kisah seperti ini menunjukkan bahwa dalam persoaan fiqh, ulama Somalangu cukup toleran dan dapat memahami perbedaan kerangka istinbat. Yang terpenting adalah dalam persoalan tauhid harus satu. Karena didalam fiqh fihi qaulani adalah hal biasa. Sementara itu tidak demikian halnya dalam soal aqidah.

Keadaan diatas sepertinya mempengaruhi pertimbangan sikap Syeikh As_Sayid Abdurrahman untuk mengangkat Mahfudz muda menjadi mursyid Thariqah As-Syadziliyah penerus beliau. Tepatnya di usia yang masih 17 tahun, sepulangnya Syeikh As_Sayid Mahfudz pulang dari Pesantren Watucongol, Muntilan beliau diangkat oleh ayahnya menjadi mursyid Thariqah As-Syadziliyyah (1336 H/1918 M). Untuk mengenang peristiwa ini, Syeikh As_Sayid Mahfudz Al-Hasani menyusun sebuah kitab berjudul “Sirajul Qulub” (1337 H). Yaitu sebuah kitab yang berisikan sejarah Syeikh As_Sayid Abil Hasan As-Syadzili ra dan faham tasawufnya sampai dengan sanad silsilah ijazah kemursyidan yang sampai kepada beliau.

Berangkat ke tanah Haram

Kemauan besar yang terdapat dalam diri Syeikh As_Sayid Mahfudz untuk menimba ilmu sedalam mungkin sepertinya tak tercegah oleh kendala usia dan prestasi yang telah dicapainya. Pada tahun 1337 H, Syeikh As_Sayid Mahfudz berangkat ke tanah Haram (Makkah) untuk lebih memperdalam keilmuan agamanya. Beliau beramal dengan hadits Rasulullah Saw ;

Artinya, “Dari Jabir, ia berkata ; bersabda Rasulullah Saw : – Sebagian dari sumber ketaqwaan ialah belajarmu pada sesuatu yang engkau benar – benar mengetahui bahwa engkau belum mengetahui -”. (Lih, Al-Mu’jamul Kabir Lit Thabrani, bab Man Ismuhu Ibrahim, juz 6 hal 48).

Ditanah haram, beliau tinggal dirumah Syeikh As_Sayid Sa’id bin Muhammad Babashol didaerah Misfalah. Dari Syeikh As_Sayid Sa’id bin Muhammad Babashol, Syeikh As_Sayid Mahfudz Al-Hasani memperoleh ijazah “Sirrul Maulid”. Yaitu, suatu ijazah yang biasa berlaku di kalangan ahlulbait dimana salah satu faedahnya adalah apabila “prosesi” tersebut dilakukan sewaktu membaca maulid rasul (apapun bentuk maulidnya seperti Al-Barzanji, Ad-Diba’i, Simtuth Duror dll) maka “Nur” Rasulullah Saw akan memancar dalam majlis tersebut. Sehingga hadhirin yang mengikuti pembacaan maulid dapat merasakan kekhusukan serta mahabbah yang mendalam kepada Habibanal Musthafa Saw. Itulah penjelasan yang penulis dapatkan dari abah penulis tentang apakah ijazah sirrul maulid tersebut. Abah penulis sendiri untuk pertama kalinya mendapat ijazah sirrul maulid dari guru beliau yang bernama Syeikh As_Sayid Masyhud bin Muhammad Al-Hasani, dimana Syeikh As_Sayid Masyhud Al-Hasani mendapatkannya dari Syeikh As_Sayid Abdurrahman bin Ibrahim Al-Hasani yaitu abah dari Syeikh As_Sayid Mahfudz Al-Hasani.

Sewaktu keberangkatan pertama kalinya ketanah Haram ini, Syeikh As_Sayid Mahfudz Al-Hasani sempat pula bertemu dengan Syeikh Mahfudz At-Turmusi. Seorang tokoh ulama Indonesia yang sempat menjadi pengajar dan imam di Masjidil Haram. Pada beliau, Syeikh As_Sayid Mahfudz Al-Hasani sempat sorogan kitab syarah Bafadhol sampai khatam.

Bai’atul Wilayah

Sudah menjadi kebiasaan Syeikh As_Sayid Mahfudz Al-Hasani, beiau membagi waktu malamnya menjadi dua bagian. Yang sebagian digunakan untuk tadarus serta muthala’ah kitab. Sedangkan sebagian lagi digunakan untuk berkhalwat serta mujahadah kepada Allah Swt hingga fajar menyingsing. Sahrallayal (tidak tidur malam) merupakan kebiasaan beliau. Waktu istirahat diambilnya saat qulailah, yaitu setelah shalat dzuhur sampai dengan asar.

Kisahnya, ketika beliau tengah bermujahadah di masjidil Haram sesudah menyelesaikan ibadah thawaf, tiba – tiba beliau dijumpai oleh seseorang yang mengenalkan dirinya bernama “Ibnu ‘Alwan”. Begitu berjabat tangan, tahulah Syeikh As_Sayid Mahfudz Al-Hasani dengan siapa beliau berhadapan. Dialah nabiyullah Khidhr as. Seorang nabiyullah yang bermohon kepada Allah Swt agar diperkenankan menjadi umat nabi Muhammad Saw. Dan oleh Allah Swt doa beliau dikabulkan. Sesudah wafatnya Rasulullah Saw Khatamul Anbiya, maka sebagai umat Muhammad Saw yang terpilih, beliau atas izin Rasulullah Saw ditugaskan oleh Allah Swt untuk membai’at para auliya pewaris dan penerus perjuangan Habibina Muhammad Saw.

Syeikh As_Sayid Mahfudz Al-Hasani kemudian pergi bersama Al-Khidr dalam waktu yang cukup lama sehingga oleh teman – temannya tidak diketahui kemana dan dimana beliau menempat. Menurut Syeikh As_Sayid Masyhud bin Muhammad Al-Jilani Al-Hasani guru dari abah penulis, Syeikh As_Sayid Mahfudz Al-Hasani mendapat tarbiyah dari Al-Khidhr yang diakhiri dengan bai’atul wilayah itu lama masanya 101 hari. Sesudah tarbiyah dan bai’atul wilayah itu selesai, beliau diperintahkan oleh Al-Khidr untuk segera pulang ke Jawa, karena wilayahnya ditetapkan di Jawa (baca ; Somalangu).

Ini adalah suatu perjalanan serta pengalaman spiritual yang tak pernah dirancang serta tergambarkan oleh beliau sebelumnya. Kisah ini penulis ungkapkan dalam bentuk sederhana dengan tujuan bukan untuk kultus individu namun lebih terarah agar pembaca kedepan dapat memahami beberapa sikap yang mempengaruhi Syeikh As_Sayid Mahfudz Al-Hasani dalam mengambil suatu keputusan.

Menikah

Sesudah kepulangannya dari tanah Haram, yaitu mulai tahun 1338 H, Syeikh As_Sayid Mahfudz Al-Hasani membantu abahnya mengasuh Pondok Pesantren Al-Kahfi Somalangu. Ketika usianya menginjak 33 tahun, Syeikh As_Sayid Mahfudz Al-Hasani menikah dengan Syarifah Maidatul Mardhiyah binti Abdullah Al-Muqri bin Al-Habib Muhammad bin Muhammad bin Muhsin Al-Huseini. Nasab isteri beliau ini bersambung pada sadah Ba’alawi yang tinggal di India melalui Al-Habib Burhan bin Nur ‘Alam bin Abdullah Khan, Gujarat. Jadi masih saudara (satu nasal) dengan Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) Cirebon.

Dari pernikahan tersebut, Syeikh As_Sayid Mahfudz Al-Hasani dikaruniai 9 orang putera – puteri. Tiga diantaranya laki – laki. Dan 6 lainnya adalah perempuan. Dari ketiga putera laki – laki hanya ada satu orang puteranya yang menyambung keturunan beliau yaitu Sayid Chanifudin.

Lima tahun sesudah menikah, Syeikh As_Sayid Mahfudz Al-Hasani kembali berangkat ke tanah Haram. Kurang lebih sembilan bulan lamanya beliau tinggal disana. Jalinan persahabatan dengan jama’ah ahlulbait baik yang berasal dari Yaman, Suriah, Iran, Irak, India, Pakistan dan Hadhramaut beliau rangkai waktu itu. Demikian pula yang berasal dari kawasan Asia Tenggara seperti Pattani (Thailand), Tumasik (Singapura, merdeka th 1965) dan Malaya (Malaysia, merdeka th 1957). Oleh karenanya tidak mengherankan jika sewaktu setelah beliau kembali lagi ke Somalangu banyak sekali santri – santri yang berasal dari luar negeri datang dan belajar di Pondok Pesantren Al-Kahfi Somalangu pada beliau.

http: //id-id.facebook.com/note.php?note_id=189557089833&1&index=2

4 komentar:

  1. Ass... kang jalil, saya mengundang sahabat utk menjadi kontributor buku kumpulan tulisan ulama aswaja nusantara yg akan diterbitkan oleh LKiS. Utk jelasnya ttg proposalnya, mohon saya dikirimi email sampeyan. trims

    ahmala arifin

    BalasHapus
  2. matur nembah nuwun kang Djalil ws mosting tentang Syech Mahfudz Al Hasani, tepngaken aq wong Somalangu Kebumen tepate sa Lore Ponpes Alkahfi

    BalasHapus
  3. trims info-infonya shg kami dapat mengetahui lebih dalam

    BalasHapus
  4. matur nuwun kang mas penulis...

    BalasHapus